Saya mengucapkan terimakasih kepada mama saya. Di
pertengahan 2016 saya ditunjukkan silsilah keluarga yang dipigura. Kegirangan
saya beralasan. Saya sempat meminjam berkas silsilah dari Om saya dan entah
kenapa satu lembar silsilah ukuran 100x100 cm yang saya cari tidak ada. Saat
naskah tersebut dianggap hilang ketika saya berbenah… ada rasa bersalah karena
menghilangan bukti otentik. Saya tertarik dengan naskah gancaran ini sejak
bangku SMU. Ada niat untuk menulis ulang waktu itu. Hingga kuliah karena akses
terhadap komputer dan naskah tersebut bisa dianggap tidak ada waktu. Ketika
sudah bekerja niatan itu ada entah kenapa tertunda juga. Saat melanjutkan
kuliah pasca sarjana yang menelan waktu 4-5 tahun.. naskah tersebut sudah ada
di tangan namun kembali masalah niat dan waktu menjadi alasan. Begitu selesai
kuliah pasca sarjana barulah ada sedikit waktu longgar. Jeda antara wisuda
menunggu ijazah dan tawaran kerja membuat saya tenggelam mempelajari asal usul
keluarga.
Saya terpesona dengan naskah tersebut dan sedikit demi
sedikit mulai saya salin dan ketik secara digital. Saat menukil isi naskah
tersebut, muncullah rasa ingin tahu mengenai sejarah Banjarnegara dan meningkat
mengenai Banyumas berlanjut ke Purwokerto dan Wirasaba. Disinilah sisi
humaniora saya sebagai orang eksakta muncul. Mempelajari silsilah ternyata tidak
bisa dilepaskan dengan mempelajari sejarah. Penelusuran dilanjutkan secara
daring. Di dunia maya terdapat berbagai blog yang mengulas hal hal diatas. Juga
dari sinilah saya berkenalan dengan tulisan-tulisan karya Prof. Sugeng Priyadi
yang memang mendalami tentang Banyumasan. Dan dari penelusuran dan telaah
kritis bacaan-bacaan tersebut saya mengenal ada hubungan antara Banyumas dengan
Wirasaba, Majapahit dan Pajajaran serta Dayeuh luhur-Pasir Luhur.
Dulu
saya mengira bahwa budaya dan kebanggaan sebagai Banyumas tidak bisa
disetarakan dengan Yogya-Solo. Terkadang kita merasa “medok” melihat bedanya
Banyumasan dan Ngetanan. Tapi dengan mempelajari sejarah dan silsilah tersebut,
kita tidak perlu merasa minder. Justru dari situ kita melihat bahwa Banyumas
yang diwakili oleh keturunan Wirasaban sebenarnya pihak tua dari Mataram.
Diriwayatkan pendiri dinasti Banyumas merupakan keturunan dari brawijaya IV
bukan V, juga diceritakan pendiri Banyumas adalah keturunan Pajajaran. Dua
budaya yang mengalir karena pernikahan antara Baribin dan Retna Pamekas. Selain
itu tokoh Wirasaban dan keturunannya termasuk orang-orang yang meletakkan
fondasi berdirinya Mataram Islam. Bisa dilihat nama tokoh tokoh tersebut turut
Andil dalam peristiwa sejarah seperti Geger Pecinan, Perang Mangkubumi dan
Perang Dipanegara. Tokoh-tokoh yang juga menjadi elit seperti Patih Yogya yang
ternyata berasal dari Banyumas. Saya masih membayangkah bagaimana dialek
Banyumasan dalam adat keraton. Selain itu saya mengenal sifat Cablaka yang
kurang lebih mirip sifat Samurai dan Bushido. Loyal kepada tugas dan atasan
namun kritis terhadapnya. Tulisan ini tidak bermaksud mengembalikan romansa
feodalisme. Semata-mata murni humaniora dan historia. Ini adalah cara saya
mengenal Banyumasan. Mungkin ini adalah saat saat terakhir sebelum saya
tenggelam dalam aktifitas kehidupan normal saya.
TRAH WIRASABA
Mempelajari sejarah Banyumas tidak bisa dilepaskan dari sejarah wirasaba sedangkan mempelajari sejarah juga tidak bisa dilepaskan dari para pelaku sejarah itu sendiri. Pelaku sejarah Wirasaba-Banyumas tidak bisa dipisahkan dari Trah Wirasaba. Keistimewaan Dinasti ini adalah anggota serta keturunannya menempati jajaran pemerintahan lokal di daerah yang disebut mancanegara kulon. Dari Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Gombong-Kebumen hingga Karanganyar-Purworejo di era Kerajaan hingga Pemerintah Kolonial.
Bagus Mangun atau Wargahutama II dianggap sebagai nenek moyang pembuka Dinasti Banyumas. Dinasti Banyumas terdiri dari 9 generasi dari Adipati Mrapat (Wargahutama II) hingga Yudanegara V.1 Namun Pancer Trah Wirasaba adalah Wirahutama (Jaka Kaduhu). Trah Wirasaba sendiri juga merupakan pertemuan garis keturunan Majapahit dan Pajajaran serta garis keturunan Pasir Luhur dan Dayeuh Luhur. Trah Wirasaba bercabang menjadi 2 yaitu Trah Yudanegaran dan Trah Kertanegaran pada Mertayuda I.
Mempelajari sejarah Banyumas tidak bisa dilepaskan dari sejarah wirasaba sedangkan mempelajari sejarah juga tidak bisa dilepaskan dari para pelaku sejarah itu sendiri. Pelaku sejarah Wirasaba-Banyumas tidak bisa dipisahkan dari Trah Wirasaba. Keistimewaan Dinasti ini adalah anggota serta keturunannya menempati jajaran pemerintahan lokal di daerah yang disebut mancanegara kulon. Dari Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Gombong-Kebumen hingga Karanganyar-Purworejo di era Kerajaan hingga Pemerintah Kolonial.
Bagus Mangun atau Wargahutama II dianggap sebagai nenek moyang pembuka Dinasti Banyumas. Dinasti Banyumas terdiri dari 9 generasi dari Adipati Mrapat (Wargahutama II) hingga Yudanegara V.1 Namun Pancer Trah Wirasaba adalah Wirahutama (Jaka Kaduhu). Trah Wirasaba sendiri juga merupakan pertemuan garis keturunan Majapahit dan Pajajaran serta garis keturunan Pasir Luhur dan Dayeuh Luhur. Trah Wirasaba bercabang menjadi 2 yaitu Trah Yudanegaran dan Trah Kertanegaran pada Mertayuda I.
Mertayuda I memiliki keturunan
diantaranya Mertajuda II kelak disebut Yudanegara I (Trah Yudanegaran) dan
Banyak Wide. Yudanegara I perputra Yudanegara II. Yudanegara III adalah putra
Yudonegara II. Trah Yudanegara selanjutnya bercabang menjadi 3 yaitu Trah
Yudanegara, cabang Trah Danuredjan dan cabang Trah Martadiredjan. Trah
Danuredjan pada garis keturunan Yudanegara III setelah menjadi patih
Yogyakarta. Pancer Trah Martadiredjan adalah Adipati Mertadiredja I atau R.
Bratadiningrat putra Mas Mertawijaya. Mas Mertawijaya adalah putra Yudanegara
III,2 Mas
Mertawidjaya dikenal sebagai Ngabehi Singasari di Kedungrandu. Trah
Martadiredjan selanjutnya memiliki ranting Trah Gandasubratan dan ranting Trah
Mardjana.3 Trah Gandasubratan diawali oleh Mertadireja
III yang menjadi wedana Bupati Purwokerto lalu dipindah ke Kabupaten Banyumas
dan berganti nama menjadi K.P.A. Aria Gandasubrata.4
Sebagai pancer Trah Kartanegaran adalah
R.T. Mangkupradja yang menjadi Adipati Kertanegara Surakarta putra Mangunjuda
II dari Banjar Pertambakan. Mangunjuda II adalah putra dari Banjakwide adik
Yudanegara I. Kartanegara II anak dari Kartanegara I dan cucu dari
Mangkupradja. Kartanegara II menikah dengan Djaleksana putri Yudanegara II.
Trah Dipayudan sendiri berawal dari Dipayuda I Seda Jenar yang pada garis
keturunan Dipamenggala yang menikah dengan putri Dipayuda II Seda Benda.
Dipamenggala adalah nama pensiun dari
Dipawijaya dengan nama kecil Bagus Gugu putra ketiga dari Dipayuda Seda Jenar.
Dipamenggala setelah dewasa mengabdi kepada patih Danureja di Yogyakarta.5
Dipamenggala memiliki putra diantaranya Jaka Kardiman atau Dipayuda IV
(Dipayuda Bandjar) dan Dipadiwirya (Patih Bandjarnegara). Dipayuda Banjar
selanjutnya menurunkan cabang trah Dipayudan dan Dipadiwiryan selanjutnya
menurunkan cabang trah Dipadiwiryan. Trah Dipadiwiryan juga melahirkan ranting
trah Wiryaatmadjan (Patih Purwokerto).
DAFTAR
NUKILAN
salam kenal admin... saya tertarik mempelajari silsilah orng tua saya yg asalny dri banyumas, namun terkendala sumbernya...
ReplyDeletekalau boleh, saya mau minta silsilah tsb di atas. yg lebih jelasnya lagi
terima kasih sebelum dan sesudahnya