Stamboel Gassa Japarya

Stamboel Gassa Djaparja adalah kumpulan sarasilah, silsilah dan sejarah tentang Wirasaba - Banyumas

Showing posts with label Oemarsinggih. Show all posts

Friday, December 9, 2016

Djoyodiningrat dan Poerbonegoro

Posted by Garinda at 8:01 AM No comments:

Email This BlogThis!Share to X Share to Facebook Share to Pinterest

Labels: Djoyodiningrat, Oemarsinggih, Poerbonegoro

Older Posts Home

Subscribe to: Posts (Atom)

Total Pageviews

Labels

banjarnegara
BANYUMAS
Batik
bupati
Canting
dipadiwiryan
dipayuda
Djoyodiningrat
huamual
jaraksari
luhu
majapahit
motif
Oemarsinggih
pajajaran
plobangan
Poerbonegoro
sejarah
selomerto
seram bagian barat
TRAH
waliulu
wilayu
WIRASABA
wonosobo

Search This Blog

Followers

Blog Archive

► 2016 (10)
- ► Nov (1)
- ► Dec (9)

▼ 2017 (2)
- ▼ Jan (2)
  - Canting yang Tidak Dapat Dipisahkan dengan Batik
  - Daftar Motif Batik Nusantara

Dalam penyusunan silsilah ini penulisan nama sengaja menggunakan paduan gaya penulisan aksara Jawa dan ejaan lama. Hukum bunyi dalam bahasa Jawa dikenal sebagai Widyaksara, jumlah aksara yang digunakan dalam bahasa Jawa ada 32 buah, yang terbagi menjadi 2 golongan yaitu aksara swara (vokal), dan aksara sigeg (konsonan). Aksara swara, berjumlah tujuh buah yaitu [a], [i], [u], [è], [e], [é], dan [o]. ketujuh jumlah tersebut apabila diucapkan ada sebelas bunyi aksara swara. Aksara Swara [a], meskipun dalam pengucapannya terbagi menjadi dua yaitu [a] dan [o], namun penulisannya tetap [a].¹ Penulisan nama dalam tulisan ini mengacu pada kaidah tersebut. Sebagai contoh terucap Paku Buwono ditulis sebagi Paku Buwana. Aksara Swara [e], dalam pengucapannya terbagi menjadi tiga¹ namun dalam penulisan latinnya pada tulisan ini tidak dibedakan.

Pengaruh Belanda pada aksara swara [u] yang ditulis latin “oe” pada penulisan silsilah ini digunakan aksara “u”. Contoh pada penulisan nama Soedarmadji pada silsilah ini ditulis Sudarmadji. Aksara sigeg seperti [c] ditulis secara latin dengan “tj”, aksara [y] ditulis dengan “j”, aksara [j] ditulis dengan “dj”, sedangkan aksara [d] dan [dh] tidak dibedakan penulisannya menggunakan “d”. Sehingga penulisan nama Joyo Cokrowardhono ditulis sebagai Djaya Tjakrawardana. Untuk sigeg [h] dapat dibaca sebagai [a] atau [o] dan [ha] atau [ho]. Maka penulisan Aryo Atmojo adalah Harja Hatmadja. Dalam tulisan ini juga ditemukan beberapa nama pada orang yang sama. Dalam masyarakat Jawa terdapat sistem penamaan yang dapat dipilahkan menjadi dua, yakni nama alit ‘nama kecil’ (sebelum menikah) dan nama sepuh ‘nama tua’ (sesudah menikah).² Contoh pada silsilah Wirasaban adalah pada individu Bagus Gugu-Dipawidjaja- Dipamenggala.

Simple theme. Powered by Blogger.