Showing posts with label majapahit. Show all posts
Showing posts with label majapahit. Show all posts

Tuesday, December 6, 2016

Kenapa Saya Tertarik Dengan Silsilah Wirasaba





Saya mengucapkan terimakasih kepada mama saya. Di pertengahan 2016 saya ditunjukkan silsilah keluarga yang dipigura. Kegirangan saya beralasan. Saya sempat meminjam berkas silsilah dari Om saya dan entah kenapa satu lembar silsilah ukuran 100x100 cm yang saya cari tidak ada. Saat naskah tersebut dianggap hilang ketika saya berbenah… ada rasa bersalah karena menghilangan bukti otentik. Saya tertarik dengan naskah gancaran ini sejak bangku SMU. Ada niat untuk menulis ulang waktu itu. Hingga kuliah karena akses terhadap komputer dan naskah tersebut bisa dianggap tidak ada waktu. Ketika sudah bekerja niatan itu ada entah kenapa tertunda juga. Saat melanjutkan kuliah pasca sarjana yang menelan waktu 4-5 tahun.. naskah tersebut sudah ada di tangan namun kembali masalah niat dan waktu menjadi alasan. Begitu selesai kuliah pasca sarjana barulah ada sedikit waktu longgar. Jeda antara wisuda menunggu ijazah dan tawaran kerja membuat saya tenggelam mempelajari asal usul keluarga.



Saya terpesona dengan naskah tersebut dan sedikit demi sedikit mulai saya salin dan ketik secara digital. Saat menukil isi naskah tersebut, muncullah rasa ingin tahu mengenai sejarah Banjarnegara dan meningkat mengenai Banyumas berlanjut ke Purwokerto dan Wirasaba. Disinilah sisi humaniora saya sebagai orang eksakta muncul. Mempelajari silsilah ternyata tidak bisa dilepaskan dengan mempelajari sejarah. Penelusuran dilanjutkan secara daring. Di dunia maya terdapat berbagai blog yang mengulas hal hal diatas. Juga dari sinilah saya berkenalan dengan tulisan-tulisan karya Prof. Sugeng Priyadi yang memang mendalami tentang Banyumasan. Dan dari penelusuran dan telaah kritis bacaan-bacaan tersebut saya mengenal ada hubungan antara Banyumas dengan Wirasaba, Majapahit dan Pajajaran serta Dayeuh luhur-Pasir Luhur.
Dulu saya mengira bahwa budaya dan kebanggaan sebagai Banyumas tidak bisa disetarakan dengan Yogya-Solo. Terkadang kita merasa “medok” melihat bedanya Banyumasan dan Ngetanan. Tapi dengan mempelajari sejarah dan silsilah tersebut, kita tidak perlu merasa minder. Justru dari situ kita melihat bahwa Banyumas yang diwakili oleh keturunan Wirasaban sebenarnya pihak tua dari Mataram. Diriwayatkan pendiri dinasti Banyumas merupakan keturunan dari brawijaya IV bukan V, juga diceritakan pendiri Banyumas adalah keturunan Pajajaran. Dua budaya yang mengalir karena pernikahan antara Baribin dan Retna Pamekas. Selain itu tokoh Wirasaban dan keturunannya termasuk orang-orang yang meletakkan fondasi berdirinya Mataram Islam. Bisa dilihat nama tokoh tokoh tersebut turut Andil dalam peristiwa sejarah seperti Geger Pecinan, Perang Mangkubumi dan Perang Dipanegara. Tokoh-tokoh yang juga menjadi elit seperti Patih Yogya yang ternyata berasal dari Banyumas. Saya masih membayangkah bagaimana dialek Banyumasan dalam adat keraton. Selain itu saya mengenal sifat Cablaka yang kurang lebih mirip sifat Samurai dan Bushido. Loyal kepada tugas dan atasan namun kritis terhadapnya. Tulisan ini tidak bermaksud mengembalikan romansa feodalisme. Semata-mata murni humaniora dan historia. Ini adalah cara saya mengenal Banyumasan. Mungkin ini adalah saat saat terakhir sebelum saya tenggelam dalam aktifitas kehidupan normal saya.





TRAH WIRASABA
Mempelajari sejarah Banyumas tidak bisa dilepaskan dari sejarah wirasaba sedangkan mempelajari sejarah juga tidak bisa dilepaskan dari para pelaku sejarah itu sendiri. Pelaku sejarah Wirasaba-Banyumas tidak bisa dipisahkan dari Trah Wirasaba. Keistimewaan Dinasti ini adalah anggota serta keturunannya menempati jajaran pemerintahan lokal di daerah yang disebut mancanegara kulon. Dari Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Gombong-Kebumen  hingga Karanganyar-Purworejo di era Kerajaan hingga Pemerintah Kolonial.
Bagus Mangun atau Wargahutama II dianggap sebagai nenek moyang pembuka Dinasti Banyumas. Dinasti Banyumas terdiri dari 9 generasi  dari Adipati Mrapat (Wargahutama II)  hingga Yudanegara V.1 Namun Pancer Trah Wirasaba adalah Wirahutama (Jaka Kaduhu). Trah Wirasaba sendiri juga merupakan pertemuan garis keturunan Majapahit dan Pajajaran serta garis keturunan Pasir Luhur dan Dayeuh Luhur. Trah Wirasaba bercabang menjadi 2 yaitu Trah Yudanegaran dan Trah Kertanegaran pada Mertayuda I.

Mertayuda I memiliki keturunan diantaranya Mertajuda II kelak disebut Yudanegara I (Trah Yudanegaran) dan Banyak Wide. Yudanegara I perputra Yudanegara II. Yudanegara III adalah putra Yudonegara II. Trah Yudanegara selanjutnya bercabang menjadi 3 yaitu Trah Yudanegara, cabang Trah Danuredjan dan cabang Trah Martadiredjan. Trah Danuredjan pada garis keturunan Yudanegara III setelah menjadi patih Yogyakarta. Pancer Trah Martadiredjan adalah Adipati Mertadiredja I atau R. Bratadiningrat putra Mas Mertawijaya. Mas Mertawijaya adalah putra Yudanegara III,2 Mas Mertawidjaya dikenal sebagai Ngabehi Singasari di Kedungrandu. Trah Martadiredjan selanjutnya memiliki ranting Trah Gandasubratan dan ranting Trah Mardjana.3  Trah Gandasubratan diawali oleh Mertadireja III yang menjadi wedana Bupati Purwokerto lalu dipindah ke Kabupaten Banyumas dan berganti nama menjadi K.P.A. Aria Gandasubrata.4

Sebagai pancer Trah Kartanegaran adalah R.T. Mangkupradja yang menjadi Adipati Kertanegara Surakarta putra Mangunjuda II dari Banjar Pertambakan. Mangunjuda II adalah putra dari Banjakwide adik Yudanegara I. Kartanegara II anak dari Kartanegara I dan cucu dari Mangkupradja. Kartanegara II menikah dengan Djaleksana putri Yudanegara II. Trah Dipayudan sendiri berawal dari Dipayuda I Seda Jenar yang pada garis keturunan Dipamenggala yang menikah dengan putri Dipayuda II Seda Benda. Dipamenggala  adalah nama pensiun dari Dipawijaya dengan nama kecil Bagus Gugu putra ketiga dari Dipayuda Seda Jenar. Dipamenggala setelah dewasa mengabdi kepada patih Danureja di Yogyakarta.5 Dipamenggala memiliki putra diantaranya Jaka Kardiman atau Dipayuda IV (Dipayuda Bandjar) dan Dipadiwirya (Patih Bandjarnegara). Dipayuda Banjar selanjutnya menurunkan cabang trah Dipayudan dan Dipadiwiryan selanjutnya menurunkan cabang trah Dipadiwiryan. Trah Dipadiwiryan juga melahirkan ranting trah Wiryaatmadjan (Patih Purwokerto).



DAFTAR NUKILAN








Saturday, November 19, 2016

Sarasilah Trah Wirasaban : dari Zaman Salakanagara hingga Majapahit



Wirasaba merupakan kadipaten pada akhir zaman majapahit yang juga mengalami transisi pemerintahan dari Demak-Pajang hingga Mataram Islam. Galur keturunan sejak dari jaman Salakanagara, Tarumanagara, Galuh Purba, Pakuan Pajajaran, Kalingga, Mataram Kuno, Singosari, Majapahit, Sunda Galuh, Pajajaran Baru hingga perkawinan Ratna Pamekas dan Baribin yang menurunkan trah Wirasaba. Babad Wirasaba maupun Babad Pasir menggambarkan perkawinan antara kerabat Keraton Galuh Pajajaran dengan kerabat Keraton Majapahit.  
Namun hubungan pertalian darah Majapahit dengan Pajajaran sudah ada jauh pada beberapa generasi awal. Hal ini juga bisa kita telusuri dari asal usul Raden Wijaya pendiri Madjapahit. Raden Wijaya adalah anak Jayadarma dan Lembu Tal ketika di tanah Sunda dikenal juga sebagai Cucu dari Prabu Darmasiksa, Raja sunda yang ke-25, ayah Rakeyan Jayadarma.  Selanjutnya Trah Wirasaba akan menurunkan pemimpin-pemimpin Banyumas, Purbalingga, Purwokerto dan Banjarnegara pada jaman Mataram Islam (Kasultanan  dan Kasunanan). Hubungan Kekerabatan Wirasaba-Banyumas dengan Majapahit, Pajajaran, Pasir Luhur dan Dayeuh Luhur  terbentuk dari penyatuan antara keturunan dengan pernikahan.
Legenda Jawa dalam tulisan Priyadi (2006) menyatakan bahwa tiga kekuatan di Pulau Jawa, yaitu Pajajaran (di arah barat), Pasirluhur (di tengah), dan Majapahit (di timur).1 Masyarakat Banyumas mewariskan dua tradisi teks babad yang termasuk tradisi besar yaitu Babad Pasir dan Babad Wirasaba.2 Babad Pasir menceritakan keberadaan Kadipaten Pasirluhur yang mengaitkan diri dengan Kerajaan Pajajaran.2  Babad Wirasaba yang menceritakan Wirasaba sebagai kerajaan daerah bawahan Majapahit.1 Leluhur Wirasaba yang terbentuk dari penyatuan antara keturunan Pajajaran dengan Banyumas (Pasir Luhur) yang tampak pada perkawinan Raden Banyak Catra atau Kamandaka putra sulung Prabu Silihwangi dengan putri bungsu adipati Pasirluhur yaitu Ciptarasa.2
Leluhur masyarakat Wirasaba juga terbentuk dari pernikahan Baribin (Majapahit) dengan Retna Pamekas (Pajajaran). Pada tahun 1468 Pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana (Brawijaya IV) dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit dengan gelar Brawijaya V. Sehingga sejumlah pembesar Majapahit yang tersisihkan dari istana termasuk saudara beda ibu Kerthabhumi yaitu Raden Harya Baribin Pandhita Putra melarikan diri ke arah barat, meminta suaka kepada penguasa Sunda - Galuh yaitu Prabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475 ) di Ciamis. Hingga pada akhirnya Raden Haryo Baribin menetap dan dinikahkan dengan Dewi Retna Pamekas, putri dari Prabu Siliwangi.3
Pernikahan ini selanjutnya menghasilkan keturunan yaitu Jaka Kaduhu, Banyak Kumara, Banyak Sasra dan Ngaisah. Jaka Kaduhu kelak diangkat anak oleh Wirahudaya Adipati  Paguwan. Kelak pada Pisowanan Ageng di Kraton Majapahit Jaka Kaduhu mewakili  Adipati Wirahudaya sedang menderita sakit dan diangkat sebagai Adipati Anom Wirasaba dengan gelar Adipati Anom Wirahutama.3  Banyak Kumara kelak menjadi Adipati Kaleng. Sedangkan Ngaisah menikah dengan Ki Mranggi Kejawar. 4 Bagus Mangun atau Jaka Kahiman adalah putra Banyak Sasra yang menikah dengan putri banyak Geleh Adipati yang masa kecilnya diangkat anak oleh Ki Mranggi Kejawar. Kelak Jaka Kahiman menjadi menantu Wargahutama I dan menggantikan jabatan mertuanya menjadi Adipati Wirasaba bergelar Wargahutama II. Jaka Kahiman atau Bagus Mangun  memiliki hubungan dengan dua kerajaan besar karena dalam dirinya mengalir darah Pajajaran dan Majapahit.4
Menurut Priyadi (2008) dalam tulisannya anak-anak Adipati Warga Utama I merupakan cucu Adipati Pasirbatang, Pangeran Senapati Mangkubumi III (Banyak Suro) yang menikah dengan Niken Srini berasal dari trah Mangkubumen Pasir. Adipati Warga Utama I sendiri adalah putra Adipati Wirasaba Sura Utama dan Dewi Lungge. Dewi Lungge adalah adik Dewi Lung Ayu yang terhitung sebagai putri Banyak Besi Adipati Pasirbatang. Banyak Wesi adalah cucu dari Banyak Wirata. Banyak Wirata adalah anak Adipati Banyak Catra (Pajajaran) dengan Ciptarasa (Pasir Luhur).5
Dewi Lung Ayu adalah istri Adipati Banyak Belanak atau Pangeran Senapati Mangkubumi I dari Pasirluhur. Banyak Kesumba dan Banyak Besi adalah putra Adipati Banyak Rama. Banyak Rama (Pasirluhur) yang beristrikan Dewi Kurenta putra Adipati Banyak Ngampar II (Dayeuhluhur). Adik Dewi Kurenta yang bernama Dewi Santang (Dayeuhluhur) menikah dengan Adipati Surawin (Wirasaba) yang kemudian berputra Adipati Sura Utama (Wirasaba).5 Sehingga keturunan wirasaba selanjutnya memiliki kedekatan kekerabatan dengan Majapahit, Pajajaran, Pasir luhur dan Dayeuh luhur.